Semua ini cepat terjadi,
Diawali karena pabrik akan di akuisisi,
Oleh Perusahaan dari Thailand yang dulu disebut Muangthai,
Melalui surat presdir yang telah di tandatangani,
Menandai adanya sebuah transaksi,
Artinya Pabrik akan segera di beli,
Semenjak itu lah kehidupan pabrik seakan berhenti,
Semua khasak-khusuk mencari informasi,
Informasi yang bisa mewakili,
Karena pejabat yang berwenangpun juga tidak mengerti,
Kita layangkanlah surat,
Untuk mencari apa yang tersirat,
Hingga bisa dijadikan dasar yang kuat,
Dasar apa yang akan kita perbuat,
Namun semua pejabat tidak mengerti,
Apa yang sedang karyawan cari,
Sehingga kedatangan para pejabat, seperti:
Pak sanggam di dampingibu selvi,
Tidak kuasa menampung aspirasi,
Sehingga Bapak-Ibu dari Jakarta kembali,
Hanya memberikan janji-jnaji,
Yang entah kapan terealisasi,
Sebenarnya mudah di pahami,
Kami hanya menanyakan hak kami,
Itupun kita tidak minta hal yang tinggi,
Hanya normatif yang berlaku di negeri ini,
Sekali lagi,
Kami cukup tahu diri,
untuk tidak minta yang bukan hak kami,
Tetapi,
Kami jangan di buat emosi,
Tahukah kita selama ini,
Perusahaan ini telah mengeruk dari bumi pertiwi,
Yang semua ini tanpa kita sadari,
Maaf ini bukan masalah rasial,
Kami juga bukan penganut radikal,
Kami hanya berbicara masalah sosial,
Kita kan sekarang bukan hidup di jaman feodal,
Jadi,
Yang kita tuntut hanyalah sebuti biji,
Dari sebongkah roti yang penuh gizi,
Kami hanyalah menanyakan status karyawan kami,
Hak karyawan dan karyawati,
Kejelasan THR nanti,
Medical claim atau tunjangan kesehatan yang ada selama ini,
Hak cuti,
Hak atau tunjangan untuk naik haji,
(...he... he...he.. kalo di beri...)
Oh ya dana Pensiun juga harus di bagi....
Siapakah yang akan memenuhi?
Apakah kita harus jualan Besi????
Apakah kita harus jual satu-perstu mesin produksi???
Nehii!!!
Kita tidak akan lakukan ini,
Nanti malah kami berurusan dengan polisi,
Apalagi selama masa transisi,
Memerlukan waktu yang berhari-hari,
Bisa jadi tahunan seperti pengalaman selama ini,
Siapa yang akan menanggung hak-hak kami?
Apakah Boral yang sudah angkat kaki,
Alias sudah melarikan diri diri?
Mustahilkan kalau di datangkan lagi!
Pak Sanggam,
Tolonglah Bapak jangan bungkam,
Bapak janganlah diam,
Janganlah mengaku Bapak tidak paham,
Berbicaralah ke pemilik saham,
Jangan sampai mereka membikin kami muram,
Apalagi membuat pabrik ini suram,
Sehingga membuat hati kami jadi geram,
Pak Widya,
Janganlah bermuram durja,
Janganlah Bapak diam saja,
Tunjukkan kalau Bapak bisa,
Dan tunjukkan lah kepada kami kalau Bapak berkuasa,
Bicaralah dengan mereka
Pak David,
Tolong bicarakan jangan hanya sedikit,
Tolong biar posisi ini tidak sulit,
Waktu kita semakin sempit,
Jangan sampai kita yang sakit,
Tolong suara kami di perjuangkan,
Kalau di kabulkan,
Bukan hanya kami yang di puaskan,
Tetapi Bapak-2 juga kan kebagian,
Karena kita sama-sama karyawan
Kami juga bukan barisan sakit hati,
Kami juga bukan orang yang mencari posisi,
Kami tidak menyebarkan rasa benci,
Bagi kami ini hanyalah urusan periuk nasi,
Sekali lagi ini hanyalah aspirasi,
Inil bukalah petisi,
Apalagi provokasi,
Ini hanyalah secarik puisi
Untuk mengetuk hati nurani,
Yang jelas kami sangatlah punya harga diri,
Yang tidak bisa dibeli,
Walaupun dengan Dolar australi,
Yang kami minta hanyalah hak-hak kami,
Karena kami bangsa yang mengerti,
Karena kami hidup di bawah naunngan NKRI...
HIDUP REPUBLIK INI!!!
Edisi : semangat untuk anak istri,
No comments:
Post a Comment